Panu merupakan masalah kulit yang
tidak hanya mengganggu kesehatan tapi juga penampilan karena bercak
putih yang ditinggalkannya. Banyak kasus yang terjadi, walaupun sudah
diobati, bercak putih tersebut seringkali tidak juga hilang.
Hal itu karena jamur penyebab panu
menghasilkan suatu zat bernama asam azaleat, yang menyebabkan warna
kulit terinfeksi menjadi lebih pucat.
Pada saat kita menggunakan obat-obat
panu yang bersifat anti jamur, biasanya saat sembuh pun warna kulit
pucat atau putih tersebut tetap bertahan lebih lama. Hal ini sering
dianggap masyarakat sebagai ‘belum sembuh’, padahal yang tersisa
mungkin hanyalah bekasnya, sedangkan jamurnya sudah mati.
Obat-obat panu biasanya bekerja
membunuh jamur, tidak menghilangkan bekas putih. Bekas putih biasanya
akan hilang secara perlahan dengan sendirinya, atau dapat dipercepat
dengan banyak berjemur.
Berbagai obat anti jamur sebenarnya
tersedia di Indonesia, mulai dari golongan Klotrimasol, Mikonasol,
Ketokonasol, Itrakonasol dan Fluconasol. Beberapa di antaranya dijual
bebas, namun sebagian hanya dapat dibeli dengan resep dokter.
Yang sebaiknya diingat adalah
pengobatan panu tidak hanya membutuhkan obat-obatan saja. Kita juga
harus dapat mengontrol faktor risiko jika kita memilikinya.
Panu merupakan penyakit kulit yang
disebabkan infeksi jamur Malassezia Spp. Penyakit ini ditandai dengan
perubahan warna kulit (menjadi lebih putih, kemerahan atau kecoklatan)
dan disertai sisik yang halus. Jamur penyebab panu tersebut sebenarnya
secara normal dapat dijumpai pada kulit semua orang.
Beberapa faktor risiko tertentu,
misalnya kelembaban yang tinggi, sering berkeringat, meminum obat-obat
antibiotik atau obat lain yang dapat menurunkan daya tahan dalam jangka
yang cukup panjang, akan membuat jamur ini berkembang lebih pesat
(overgrowth). Sehingga menimbulkan kelainan kulit, antara lain dalam
bentuk panu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar